Ini adalah kisahku. Namaku Hotnida Sikumbang. Aku adalah seorang guru di salah satu SMP di Rokan Hulu, umurku 54 tahun. aku mempunyai tiga orang putri. Putri pertamaku bernama Nidia Elfadillah Azhari, sedang menunggu jadwal penempatan di salah satu rumah sakit untuk pelaksanaan internship/ magang dokter baru. Putri kedua Rahmi Mulyani Hasibuan, sedang melaksanakan koas terakhir di RSUD Pekanbaru. Putri bungsu Nurul Alfiah, sedang menyusun skiripsi di Universitas Baiturrahma FKG. Kebahagianku lengkap sudah, tiga orang putri yang salihah sebentar lagi akan menjadi dokter.
Dalam kehidupan tidak pernah terbersit dalam hati seorang ibu doa yang buruk, atau sumpah serapah kepada buah hatinya. Bagaimanapun perbuatan anak kepada ibunya, yang terucap hanya doa. Setiap orang tua mengharapkan kehidupan yang terbaik buat putra putrinya, terkadang hati ayah dan ibu tanpa disadari terluka dan berurai air mata akibat tingkah laku putra putrinya yang tidak sesuai dengan harapannya.Walaupun bukan doa atau sumpah serapah yang kita lontarkan buat anak, rasa sedih dan tetesan air mata kita sebagai ibu bisa berakibat buruk buat anak kita.
Ini adalah pengalamanku sebagai seorang ibu, ternyata begitu dahsyatnya rahasia doa seorang ibu.
Anakku pertama putri. Pintar dan cantik. Sejak TK sampai SMA dia tetap menjadi juara kelas. Sopan dalam bertutur kata dan selalu berpakaian rapi.
2011 tamat SMA dia melanjutkan ke salah satu perguruan tinggi swasta jurusan kedokteran. Setiap minggu aku mengunjunginya sambil aku kuliah S2.
Pada tahun kedua tahun 2012. Waktu itu kami sekeluarga kumpul semua, tiba-tiba terjadi keributan, anakku yang paling besar memarahi adiknya yang paling kecil, aku mencoba mendamaikan keduanya.anakku marah .” Mama selalu membela adik, walaupun adik salah. Mama pilih kasih” Kata anakku padaku dengan suara meninggi kepadaku. Seperti petir di siang bolong. sontak aku menangis, baru pertama ini anakku berucap kasar padaku, terbersit kata dalam hati, kalau dia sudah jadi dokter, aku sudah tua, mungkin aku tidak dipedulikannya, hanya itu yang terbersit dalam hatiku.
Waktu berlalu begitu cepatnya, apa yang terjadi antara aku dan anakku semuanya sudah kulupakan. Anakku kuliah seperti biasanya dan sifatnya tetap lembut kepadaku, aku sangat menyayangi anakku.
Memasuki bulan April 2015, “ Ma, elfa sidang proposal besok, doakan ya Ma” Telpon anakku di seberang sana, “ya jawabku jangan lupa berdoa.” Dari April 2015 anakku mengikuti sidang proposal. Memasuki bulan Desember tahun 2016 tidak ada kabar berita tentang kapan wisuda. Saya bertanya dalam hati, apakah anak saya masih kuliah atau tidak.
Kuputuskan libur dua hari menjumpai anakku. “ Nak, apakah ada masalah tentang kuliahnya, wisudanya kapan” tanyaku, dengan berurai air mata dia menjawab, “ judul kakak saja tidak diterima ma, ujian proposal pada bulan April 2015 dianggap gagal, Pembimbing satu tidak mau memberikan kejelasan buat kakak, kakak tak tau mau berbuat apa ma, kakak udah membuat malu mama dan papa” kata anakku berurai air mata. Ya Allah, kupeluk anakku kucium, aku menangis, “sabar ya nak, mungkin itu semua ujian buat kakak, buat mama, dan buat papa, kita harus iklas, menerima semuanya. Ada hikmah dibalik ini semua” kataku menenangkan hatinya.
Aku introfeksi diri, hampir setiap malam kumemohon pada Allah, dalam sujud malamku selalu kusebut nama anakku, semoga Allah mengampuni dosaku dan dosa anakku. Alhamdulillah doaku diijabah oleh Allah, November 2017 dia diwisuda S Ked, dan 2020 di disumpah menjadi dokter dan sekarang dia sudah mendapat gelar dr, tinggal menunggu jadwal internship atau magang dokter baru.
putriku yang kedua. Menurut gurunya anak yang kurang pintar dibanding kakak dan adiknya. Semenjak TK sampai dia SMA tidak pernah dapat juara kelas, tapi aku merasa putriku punya banyak kelebihan. Dia sangat penyayang, terutama kepadaku. Wawasannya cukup luas apalagi di bidang olahraga.
Alhamdulillah dia bisa masuk perguruan tinggi negeri fakultas kedokteran tahun 2014. Sejak menjadi mahasiswa kecemasanku selalu muncul,dia sering menelepon tengah malam, hanya sekedar memohon doa, agar kuliahnya diberi Allah kelancaran. Keikhlasan anakku diijabah, dalam masa perkuliahan lancar, dia berharap semester delapan dia sudah koas.
Memasuki bulan April 2018. Muncul masalah menjelang sidang skripsi, waktu itu hari jumat, anakku sudah mengambil jadwal sidang skripsi hari kamis depan, sedangkan skripsi belum acc dosen pembimbing dua. Dosen pembimbing dua tidak mau acc skripsinya, bahkan skripsi dibawa pulang, “besok sabtu jumpai saya” kata dosen pembimbing.
Dari hari sabtu sampai hari senin, harapan anakku terkendala, mustahil dapat disetujui, aku pun berpikir tak mungkin dosen pembimbingnya acc, karena anakku sudah melakukan kesalahan mengambil jadwal sidang, sedangkan skripsinya belum acc pembimbing dua. Allah Maha mendengar doa hambanya, tiada yang tak mungkin bagi Allah. Alhamdulillah Allah mengabulkan doaku dan ayahnya. Akhirnya anakku dapat mengikuti sidang akhir, dan mendapatkan nilai yang terbaik dari pembimbingnya.
Alhamdulillah delapan semester dia mampu mendapatkan gelar S Ked dan sekarang Insyaallaah sedang menyelesaikan koas akhir disalah satu rumah sakit umum. Doa tulus dari ibu dapat mendatangkan kebaikan untuk anaknya.
Putriku yang ketiga alumni MAN 2 Pekanbaru. Cita-citanya ingin masuk perguruan tinggi di Jawa jurusan fakultas kedokteran gigi. Untuk meraih semuanya, dia diizinkan ikut bimbel di salah satu perguruan tinggi di Jakarta selama dua bulan. Biayanya puluhan juta rupiah. Waktu itu perasaanku tak sanggup mengeluarkan biaya hanya untuk bimbel sekian puluh juta rupiah, karena dia berharap masuk perguruan tinggi negri semuanya kuperjuangkan.
Selama mengikuti bimbingan belajar, aku merasa perjuanganku sia-sia. Anakku sering pulang ke Pekanbaru hanya untuk urusan yang kurang penting. Hampir lima belas hari waktu terbuang sia-sia. Aku menangis, hatiku sebagai ibu terluka, semuanya sia-sia. Begitu banyak dana yang terbuang .
Pada waktu pengumuman kelulusan tak satu pun lulus, Anakku gagal masuk perguruan tinggi negeri. Kucoba membawanya ke Semarang, terakhir Medan semua usaha yang dilakukan mengalami kegagalan, mencoba ikut tes perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Yogyakarta juga tidak lulus.
Pada waktu itu suamiku mengatakan mungkin ada yang salah yang dilakukan anak kepadaku.karena akulah yang mengurus anakku bolak balik Jakarta Pekanbaru sendirian tanpa ditemani suamiku, air mataku jatuh berderai tak mampu kumenahan, rasa luka dalam hatiku kusampaikan.Aku merasa pengorbanan tenaga pikiran yang terkuras, bahkan begitu juga materi yang dikorbankan begitu banyak, rasanya kurang dihargai oleh anakku. suamiku meminta dia sujud dan meminta maaf padaku. Inilah jalan yang terbaik dari Allah semua ada hikmah di balik itu semua. Sekarang walaupun dia tak bisa masuk perguruan tinggi negeri, dia sangat aktif dan sekarang sudah memasuki semester ke tujuh dia sudah menyusun skripsi.
Berdoa pada sujud terakhir sambil menyebut nama anak-anak kita, dan berharap rido dari Allah terhadap anak-anak, terinspirasi dari sebuah artikel Dr Fauzia Addabus, seorang psikolog amat populer di Kuwait, tentang rahasia-rahasia doa seorang ibu.
Begini doanya:
“Allahumma inni usyhiduka annii roodhiyah’an ibnii/ibnatii ( sebut nama anak anakmu satu persatu) tamaamarridho wa kamaalarridho wa muntahayirridho. Fallahumm anziil ridhwaanaka’alaihim biriddhooii’anhum”
(Ya Allah aku bersaksi kepadaMu bahwa aku ridho kepada anak-anakku(sebutkan nama mereka satu persatu) dengan ridho paripurna, ridho yang sempurna dan ridho yang paling komplit. Maka turunkanlah Ya Allah keridhoanMu kepada mereka demi ridhoku kepada mereka)
Doa seorang ibu itu sangat dasyat. Kita sering lupa mendoakan anak-anak kita. Kita yakin melalui pendidikan di sekolah itu sudah cukup membentuk pribadi yang kita harapkan, padahal tanpa kita sadari, doa ibulah yang terbai dari semuanya, doa ibu yang menyelamatkan anak kita dunia dan akhirat.
Dalam tahap perkembangan tingkah laku anak-anak, tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Manusia pasti pernah melakukan kesalahan-kesalahan , baik kita sebagai orang tua, maupun anak-anak kita.
Sekarang marilah kita bersabar, ucapkan yang terbaik, dan anggap semua ujian keimanan buat kita. Anak adalah titipan dari Allah, karena itu marilah kita jaga sebaik mungkin, karena setiap barang titipan kepada kita tentu suatu saat kita akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah atas apa yang dititipkan Allah buat kita.
Sejak anak dalam janin kita sampai lahir, akhirnya dewasa, mereka selalu mengharapkan rida dan doa dari kita sebagai ibunya.
Demi keselamatan anak-anak kita. Baik di dunia maupun di akhirat. Kita bisa berdoa memohon pada Allah pada setiap waktu. Mengharap rida Allah semata, semoga Allah mengampuni kita dan menyelamatkan anak keturunan kita dunia dan akhirat, Aamiin.
Subhanallah, cerita yang sangat menginspirasi
BalasHapusAlhamdulillah. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin
Hapus