Selasa, 08 Desember 2020

3W Wujud Nyata Rasa Syukur Kita Saat Pandemi

 


Bukan hanya di dunia medis, kita semua juga sudah tak asing lagi dengan istilah 3W, yaitu wajib memakai masker, wajib mencuci tangan serta wajib menjaga jarak. 3W merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan secara disiplin guna memutus mata rantai transmisi virus Covid-19. Virus yang saat ini, semakin merajalela.


Disiplin melaksanakan 3W merupakan wujud nyata rasa syukur kita, atas kesehatan yang dikaruniakan Tuhan di masa pandemi ini. Sebab dengan berdisiplin melaksanakan 3W berarti kita telah menjaga diri serta orang-orang yang kita sayangi dari tertular maupun menularkan virus. Sebab salah satu di antara bentuk  syukur adalah dengan menjaga nikmat yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Yang salah satunya yaitu nikmat kesehatan.

Dari Ibnu Abbas ra dia berkata, Nabi saw bersabda: Dua kenikmatan, yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya yaitu nikmat sehat dan waktu luang. Alangkah nyata hadits ini. Alangkah lalai kita dalam menjaga nikmat kesehatan kita. Padahal hal ini senantiasa kita pinta dalam setiap permohonan kita kepada Yang Maha Kuasa.  Apalah artinya sibuk meminta tetapi minim usaha. Bukankah seharusnya seimbang antara doa dan usaha?

Belakangan, klaster keluarga ditengarai sebagai klaster dengan transmisi virus yang cukup masif. Menjadikan keseriusan kita dalam merawat kesehatan dipertanyakan. Kesungguhan kita dalam menjaga keluarga pun demikian.

Klaster perkantoran juga merupakan klaster dengan transmisi yang tak kalah masif. Bahkan mengalahkan klaster pasar atau tempat umum lain. Kita lalai serta menganggap remeh kesehatan yang dikaruniakan Tuhan. Sehingga tak ada keinginan untuk menjaganya. Menyangka semua akan baik-baik saja meskipun kita sembrono. Apakah kita menunggu sakit dulu, baru kemudian menyadari betapa besarnya karunia kesehatan yang dilimpahkan Tuhan kepada kita.

Seharusnya, tanpa perlu disosialisasikan  lagi, kita semua tentu paham bagaimana 3W ini harus dilaksanakan. Yang dibutuhkan sekarang adalah kesadaran kita untuk melaksanakannya. Dan energi rasa syukur akan mengalirkan semangat positif dalam diri kita. Sebab kita melakukannya bukan karena taat pada aturan pemerintah atau himbauan dari pihak -pihak tertentu melainkan karena 3W menjadi bernilai ibadah. Tanpa menyangka kalau melaksanakan 3W ini, semata-mata urusan dunia. Melainkan ibadah yang tinggi tingkatannya yaitu mewujudkan rasa syukur. Jangan justru menganggap 3W ini sebagai  hal yang tidak terlalu penting sebab berpikir bahwa hidup dan mati, sehat serta sakit adalah takdir dari Tuhan. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kedisiplinan kita mematuhi protokol kesehatan. Bukankah sudah  seharusnya kita memaksimalkan usaha terlebih dahulu, baru kemudian menyerahkan diri pada takdir.

Disebutkan oleh kementerian kesehatan bahwa kunci utama pengendalian Covid-19 adalah perilaku disiplin 3W. Banyaknya kasus terkonfirmasi saat ini merupakan gambaran dari belum optimalnya penerapan 3W. Gambaran dari kesembronoan kita dalam menjaga kesehatan.

Ironisnya yang diklaim tidak disiplin adalah rakyat kelas bawah. Pedagang kaki lima, pedagang pasar tradisional, pengguna angkutan umum serta para buruh.

Padahal kalangan elite ternyata tak kalah ngeyel dalam mematuhi protokol kesehatan. Utamanya 3W ini. Sebagai contoh misalnya beberapa waktu lalu kita dihebohkan oleh berita tentang kampanye pemilihan kepala daerah atau pilkada dengan menyelenggarakan acara dangdutan.  Tentu saja hal ini merupakan hal yang sangat melanggar protokol kesehatan. Kita semua tentu tahu, kerumunan massa seperti apa yang terjadi jika acara dangdutan di gelar. Sehingga physical distancing sangat tidak bisa dilakukan. Menanggulangi pandemi ini harus ada sinergi antara hulu dengan hilir. Antara pemerintah sebagai hulu dan kita rakyat sebagai hilir. Pihak hulu dengan mengadakan fasilitas kesehatan dan pihak hilir mencegah transmisi dengan disiplin 3W. Bagaimana sinergi akan terbentuk kalau hal seperti ini masih terjadi.

Ada lagi contoh  pejabat yang juga menggelar hajatan besar di tengah pandemi ini. Memang kemudian, beliau memperoleh sanksi atas pelanggaran ini. Akan tetapi, bukannya sudah terlanjur, pejabat yang seharusnya memberi contoh untuk disiplin mematuhi protokol kesehatan  justru melanggar. Memberi contoh yang salah untuk rakyat.

Dari beberapa  survei diperoleh data bahwa tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan 3W mencapai 75% hingga 80 %. Perilaku publik figur, misalnya pejabat, yang dianggap lebih tahu mengenai situasi kesehatan saat ini, yang tidak disiplin  dalam pelaksanaan 3W inilah yang justru menumbuhkan asumsi bahwa pandemi ini bukan merupakan hal yang perlu dikhawatirkan. Sehingga memantik keberanian masyarakat awam untuk juga melanggar protokol kesehatan atau utamanya sembrono dalam pelaksanaan 3W. Hal ini bisa dihindari jika setiap individu memiliki rasa syukur kepada Tuhan. Utamanya mensyukuri nikmat kesehatan.

Ternyata, tingkatan ekonomi seseorang sama sekali tidak berhubungan  dengan kemampuan bersyukurnya. Sangat banyak orang yang secara ekonomi berada pada tingkatan rendah akan tetapi memiliki kemampuan  bersyukur yang tinggi. Dengan bersahaja mereka mampu mengungkapkan rasa syukurnya. Lihatlah bagaimana penduduk kampung menyediakan padasan di halaman untuk cuci tangan. Karena secara ekonomi untuk memasang keran mereka kesulitan. Tetapi karena ingin memaksimalkan wujud rasa syukurnya, mereka menggunakan padasan untuk sarana cuci tangan. Semoga setiap kita dikaruniakan  kemampuan untuk mewujudkan rasa syukur atas kesehatan yang senantiasa kita pinta dalam setiap doa.


Penulis : Maryunah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

3W Wujud Nyata Rasa Syukur Kita Saat Pandemi

  Bukan hanya di dunia medis, kita semua juga sudah tak asing lagi dengan istilah 3W, yaitu wajib memakai masker, wajib mencuci tangan serta...