Bukan hanya di dunia medis, kita semua juga
sudah tak asing lagi dengan istilah 3W, yaitu wajib memakai masker, wajib
mencuci tangan serta wajib menjaga jarak. 3W merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan secara disiplin guna memutus mata rantai transmisi virus Covid-19.
Virus yang saat ini, semakin merajalela.
Disiplin melaksanakan 3W merupakan wujud nyata
rasa syukur kita, atas kesehatan yang dikaruniakan Tuhan di masa pandemi ini.
Sebab dengan berdisiplin melaksanakan 3W berarti kita telah menjaga diri serta
orang-orang yang kita sayangi dari tertular maupun menularkan virus. Sebab salah
satu di antara bentuk syukur adalah
dengan menjaga nikmat yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Yang salah satunya
yaitu nikmat kesehatan.
Dari Ibnu Abbas ra dia berkata, Nabi saw
bersabda: Dua kenikmatan, yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya yaitu nikmat
sehat dan waktu luang. Alangkah nyata hadits ini.
Alangkah lalai kita dalam menjaga nikmat kesehatan kita. Padahal hal ini
senantiasa kita pinta dalam setiap permohonan kita kepada Yang Maha Kuasa. Apalah artinya sibuk meminta tetapi minim
usaha. Bukankah seharusnya seimbang antara doa dan usaha?
Belakangan, klaster keluarga ditengarai sebagai
klaster dengan transmisi virus yang cukup masif. Menjadikan keseriusan kita
dalam merawat kesehatan dipertanyakan. Kesungguhan kita dalam menjaga keluarga pun
demikian.
Klaster perkantoran juga merupakan klaster dengan
transmisi yang tak kalah masif. Bahkan mengalahkan klaster pasar atau tempat
umum lain. Kita lalai serta menganggap remeh kesehatan yang dikaruniakan Tuhan.
Sehingga tak ada keinginan untuk menjaganya. Menyangka semua akan baik-baik saja
meskipun kita sembrono. Apakah kita menunggu sakit dulu, baru kemudian
menyadari betapa besarnya karunia kesehatan yang dilimpahkan Tuhan kepada kita.
Seharusnya, tanpa perlu disosialisasikan lagi, kita semua tentu paham bagaimana 3W ini
harus dilaksanakan. Yang dibutuhkan sekarang adalah kesadaran kita untuk
melaksanakannya. Dan energi rasa syukur akan mengalirkan semangat positif dalam
diri kita. Sebab kita melakukannya bukan karena taat pada aturan pemerintah atau
himbauan dari pihak -pihak tertentu melainkan karena 3W menjadi bernilai ibadah.
Tanpa menyangka kalau melaksanakan 3W ini, semata-mata urusan dunia. Melainkan ibadah
yang tinggi tingkatannya yaitu mewujudkan rasa syukur. Jangan justru menganggap
3W ini sebagai hal yang tidak terlalu
penting sebab berpikir bahwa hidup dan mati, sehat serta sakit adalah takdir
dari Tuhan. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kedisiplinan kita mematuhi
protokol kesehatan. Bukankah sudah seharusnya kita memaksimalkan usaha terlebih dahulu,
baru kemudian menyerahkan diri pada takdir.
Disebutkan oleh kementerian kesehatan bahwa kunci
utama pengendalian Covid-19 adalah perilaku disiplin 3W. Banyaknya kasus
terkonfirmasi saat ini merupakan gambaran dari belum optimalnya penerapan 3W.
Gambaran dari kesembronoan kita dalam menjaga kesehatan.
Ironisnya yang
diklaim tidak disiplin adalah rakyat kelas bawah. Pedagang kaki lima, pedagang
pasar tradisional, pengguna angkutan umum serta para buruh.
Padahal kalangan elite ternyata tak
kalah ngeyel dalam mematuhi protokol kesehatan. Utamanya 3W ini. Sebagai
contoh misalnya beberapa waktu lalu kita dihebohkan oleh berita tentang
kampanye pemilihan kepala daerah atau pilkada dengan menyelenggarakan acara dangdutan.
Tentu saja hal ini merupakan hal yang
sangat melanggar protokol kesehatan. Kita semua tentu tahu, kerumunan massa
seperti apa yang terjadi jika acara dangdutan di gelar. Sehingga physical
distancing sangat tidak bisa dilakukan. Menanggulangi pandemi ini harus ada
sinergi antara hulu dengan hilir. Antara pemerintah sebagai hulu dan kita
rakyat sebagai hilir. Pihak hulu dengan mengadakan fasilitas kesehatan dan
pihak hilir mencegah transmisi dengan disiplin 3W. Bagaimana sinergi akan
terbentuk kalau hal seperti ini masih terjadi.
Ada lagi contoh pejabat yang juga menggelar hajatan besar di
tengah pandemi ini. Memang kemudian, beliau memperoleh sanksi atas pelanggaran
ini. Akan tetapi, bukannya sudah terlanjur, pejabat yang seharusnya memberi
contoh untuk disiplin mematuhi protokol kesehatan justru melanggar. Memberi contoh yang salah untuk
rakyat.
Dari beberapa
survei diperoleh data bahwa tingkat kepatuhan masyarakat dalam
melaksanakan 3W mencapai 75% hingga 80 %. Perilaku publik figur, misalnya
pejabat, yang dianggap lebih tahu mengenai situasi kesehatan saat ini, yang tidak
disiplin dalam pelaksanaan 3W inilah
yang justru menumbuhkan asumsi bahwa pandemi ini bukan merupakan hal yang perlu
dikhawatirkan. Sehingga memantik keberanian masyarakat awam untuk juga melanggar
protokol kesehatan atau utamanya sembrono dalam pelaksanaan 3W. Hal ini bisa
dihindari jika setiap individu memiliki rasa syukur kepada Tuhan. Utamanya
mensyukuri nikmat kesehatan.
Ternyata, tingkatan ekonomi seseorang sama sekali tidak berhubungan dengan kemampuan bersyukurnya. Sangat banyak orang yang secara ekonomi berada pada tingkatan rendah akan tetapi memiliki kemampuan bersyukur yang tinggi. Dengan bersahaja mereka mampu mengungkapkan rasa syukurnya. Lihatlah bagaimana penduduk kampung menyediakan padasan di halaman untuk cuci tangan. Karena secara ekonomi untuk memasang keran mereka kesulitan. Tetapi karena ingin memaksimalkan wujud rasa syukurnya, mereka menggunakan padasan untuk sarana cuci tangan. Semoga setiap kita dikaruniakan kemampuan untuk mewujudkan rasa syukur atas kesehatan yang senantiasa kita pinta dalam setiap doa.
Penulis : Maryunah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar