Selasa, 18 Agustus 2020

Rahasia Doa Ibu

 

Ini adalah kisahku. Namaku Hotnida Sikumbang. Aku adalah seorang guru di salah satu SMP di Rokan Hulu, umurku 54 tahun. aku mempunyai tiga orang putri. Putri  pertamaku bernama Nidia Elfadillah Azhari, sedang menunggu jadwal  penempatan di salah satu rumah sakit untuk pelaksanaan internship/ magang dokter baru. Putri  kedua Rahmi Mulyani Hasibuan, sedang melaksanakan koas terakhir di RSUD Pekanbaru. Putri bungsu Nurul Alfiah, sedang menyusun skiripsi di Universitas Baiturrahma FKG. Kebahagianku lengkap sudah, tiga orang putri yang salihah sebentar  lagi akan menjadi dokter. 

Dalam kehidupan tidak pernah terbersit dalam hati seorang ibu doa yang buruk, atau sumpah serapah kepada buah hatinya. Bagaimanapun perbuatan anak kepada ibunya, yang terucap hanya doa. Setiap orang tua mengharapkan kehidupan yang terbaik buat putra putrinya, terkadang hati ayah dan ibu  tanpa disadari  terluka dan berurai air mata akibat tingkah laku putra putrinya yang tidak sesuai dengan harapannya.Walaupun bukan doa atau sumpah serapah yang kita lontarkan buat anak, rasa sedih dan tetesan air mata kita sebagai ibu  bisa berakibat buruk buat anak kita.

Ini adalah pengalamanku sebagai seorang ibu, ternyata begitu dahsyatnya rahasia doa seorang ibu.

Anakku pertama  putri. Pintar  dan cantik. Sejak TK sampai SMA dia tetap menjadi juara kelas. Sopan dalam bertutur kata dan selalu berpakaian rapi. 

2011 tamat SMA dia melanjutkan ke salah satu  perguruan tinggi swasta jurusan kedokteran. Setiap minggu aku mengunjunginya sambil aku kuliah S2.

Pada tahun  kedua tahun 2012. Waktu itu kami sekeluarga kumpul semua, tiba-tiba terjadi keributan, anakku yang paling besar  memarahi adiknya yang paling kecil, aku mencoba mendamaikan keduanya.anakku  marah .” Mama selalu membela adik, walaupun adik salah. Mama pilih kasih” Kata anakku padaku dengan suara meninggi kepadaku. Seperti petir di siang bolong. sontak aku menangis,  baru pertama ini anakku berucap kasar padaku, terbersit kata dalam hati, kalau dia sudah jadi dokter, aku sudah tua, mungkin aku tidak  dipedulikannya, hanya itu yang terbersit dalam hatiku.

Waktu berlalu begitu cepatnya, apa yang terjadi antara aku dan anakku semuanya sudah kulupakan.  Anakku kuliah seperti biasanya dan sifatnya tetap lembut kepadaku, aku sangat menyayangi anakku.

Memasuki  bulan April 2015, “ Ma, elfa sidang  proposal besok, doakan ya Ma” Telpon anakku di seberang sana, “ya jawabku jangan lupa berdoa.” Dari April 2015 anakku mengikuti sidang proposal. Memasuki bulan  Desember  tahun 2016 tidak ada kabar berita tentang kapan wisuda. Saya bertanya dalam hati, apakah anak saya masih kuliah atau tidak.

Kuputuskan libur dua hari  menjumpai anakku. “ Nak, apakah ada masalah tentang kuliahnya, wisudanya kapan” tanyaku, dengan berurai air mata dia menjawab, “ judul kakak saja tidak diterima ma, ujian proposal pada bulan April 2015  dianggap gagal, Pembimbing satu tidak mau memberikan kejelasan buat kakak, kakak tak tau mau berbuat apa ma, kakak udah membuat malu mama dan papa” kata anakku berurai air mata. Ya Allah, kupeluk anakku kucium, aku menangis, “sabar ya nak, mungkin itu semua ujian buat kakak, buat mama, dan buat papa, kita harus iklas, menerima semuanya. Ada hikmah dibalik ini semua” kataku menenangkan hatinya.

Aku introfeksi diri, hampir setiap malam kumemohon pada Allah, dalam sujud malamku selalu kusebut nama anakku, semoga Allah mengampuni dosaku dan dosa anakku. Alhamdulillah doaku diijabah oleh Allah, November 2017 dia diwisuda S Ked, dan 2020 di disumpah menjadi  dokter dan sekarang dia sudah mendapat gelar dr, tinggal menunggu jadwal  internship atau magang dokter baru.

putriku yang kedua. Menurut gurunya anak yang kurang pintar dibanding kakak dan adiknya. Semenjak TK sampai dia SMA tidak pernah dapat juara kelas, tapi aku merasa putriku  punya banyak kelebihan. Dia sangat penyayang, terutama kepadaku. Wawasannya  cukup luas apalagi di bidang olahraga. 

Alhamdulillah dia bisa masuk perguruan tinggi negeri  fakultas kedokteran tahun 2014. Sejak menjadi mahasiswa kecemasanku selalu muncul,dia sering menelepon tengah malam, hanya sekedar  memohon doa, agar kuliahnya diberi Allah kelancaran. Keikhlasan anakku diijabah, dalam  masa perkuliahan lancar, dia berharap semester delapan dia sudah koas.

 Memasuki bulan April 2018. Muncul masalah menjelang sidang skripsi, waktu itu hari jumat, anakku sudah mengambil jadwal sidang skripsi hari kamis depan, sedangkan skripsi belum acc  dosen pembimbing dua. Dosen  pembimbing dua tidak mau acc skripsinya, bahkan skripsi dibawa pulang, “besok sabtu jumpai saya” kata dosen pembimbing.

Dari hari sabtu sampai hari senin, harapan anakku terkendala, mustahil dapat disetujui, aku pun berpikir tak mungkin dosen pembimbingnya acc, karena anakku sudah melakukan kesalahan mengambil jadwal sidang, sedangkan skripsinya belum  acc pembimbing dua. Allah Maha mendengar doa hambanya, tiada yang tak mungkin bagi  Allah. Alhamdulillah Allah mengabulkan doaku dan ayahnya. Akhirnya anakku dapat mengikuti sidang akhir, dan mendapatkan nilai yang terbaik dari pembimbingnya.

Alhamdulillah delapan semester dia mampu mendapatkan gelar S Ked dan sekarang Insyaallaah sedang menyelesaikan koas akhir disalah satu rumah sakit umum. Doa tulus dari ibu dapat mendatangkan kebaikan untuk anaknya. 

Putriku  yang ketiga alumni MAN 2 Pekanbaru. Cita-citanya ingin masuk perguruan tinggi di Jawa jurusan fakultas kedokteran gigi. Untuk meraih semuanya, dia diizinkan ikut bimbel di salah satu perguruan tinggi di Jakarta selama dua bulan. Biayanya puluhan juta rupiah. Waktu itu perasaanku tak sanggup  mengeluarkan biaya hanya untuk bimbel sekian puluh juta rupiah, karena dia berharap masuk perguruan tinggi negri  semuanya kuperjuangkan.

 Selama mengikuti bimbingan belajar, aku merasa perjuanganku sia-sia. Anakku sering pulang ke Pekanbaru hanya untuk urusan yang kurang penting. Hampir lima belas hari waktu terbuang sia-sia. Aku menangis, hatiku sebagai ibu terluka, semuanya sia-sia. Begitu banyak dana yang terbuang .

Pada waktu pengumuman kelulusan  tak satu pun lulus, Anakku gagal masuk  perguruan tinggi negeri. Kucoba membawanya  ke Semarang, terakhir  Medan semua usaha yang dilakukan mengalami kegagalan,  mencoba ikut tes  perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Yogyakarta  juga tidak lulus.

Pada waktu itu suamiku mengatakan mungkin ada yang salah yang dilakukan anak kepadaku.karena akulah yang mengurus anakku bolak balik Jakarta Pekanbaru sendirian tanpa ditemani suamiku, air mataku jatuh berderai tak mampu kumenahan, rasa luka dalam hatiku kusampaikan.Aku merasa pengorbanan tenaga pikiran yang terkuras, bahkan begitu juga materi yang dikorbankan begitu banyak, rasanya  kurang dihargai oleh anakku. suamiku meminta dia sujud dan meminta maaf padaku. Inilah jalan yang terbaik dari Allah semua ada hikmah di balik itu semua. Sekarang  walaupun dia tak bisa masuk perguruan tinggi negeri, dia sangat aktif dan sekarang sudah memasuki semester ke tujuh dia sudah menyusun skripsi.

Berdoa pada sujud terakhir sambil menyebut nama anak-anak kita, dan berharap rido dari Allah terhadap anak-anak, terinspirasi dari sebuah artikel Dr Fauzia Addabus, seorang psikolog amat populer di Kuwait, tentang rahasia-rahasia doa seorang ibu. 

Begini  doanya:

“Allahumma inni usyhiduka annii roodhiyah’an ibnii/ibnatii ( sebut nama anak anakmu satu persatu) tamaamarridho wa kamaalarridho wa muntahayirridho. Fallahumm anziil ridhwaanaka’alaihim biriddhooii’anhum”

(Ya Allah aku bersaksi kepadaMu bahwa aku ridho kepada anak-anakku(sebutkan nama mereka satu persatu) dengan ridho paripurna, ridho yang sempurna dan ridho yang paling komplit. Maka turunkanlah Ya Allah keridhoanMu kepada mereka demi ridhoku kepada mereka)

Doa seorang ibu itu sangat dasyat. Kita sering lupa mendoakan anak-anak kita. Kita yakin melalui pendidikan di sekolah itu sudah cukup membentuk  pribadi yang kita harapkan, padahal tanpa kita sadari, doa ibulah yang terbai dari semuanya, doa ibu yang menyelamatkan anak  kita dunia dan akhirat.

Dalam tahap perkembangan tingkah laku anak-anak, tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Manusia pasti  pernah melakukan kesalahan-kesalahan , baik kita sebagai orang tua, maupun anak-anak kita.

Sekarang marilah kita bersabar, ucapkan yang terbaik, dan anggap semua ujian keimanan buat kita. Anak adalah titipan dari Allah, karena itu marilah kita jaga sebaik mungkin, karena setiap barang titipan kepada kita tentu suatu saat kita akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah atas apa yang dititipkan Allah  buat kita.

Sejak anak dalam janin kita sampai lahir, akhirnya dewasa, mereka selalu mengharapkan rida dan doa dari kita sebagai ibunya.

 Demi keselamatan anak-anak kita. Baik di dunia maupun di akhirat. Kita bisa berdoa memohon pada Allah pada setiap waktu. Mengharap rida Allah semata, semoga Allah mengampuni kita dan menyelamatkan anak keturunan kita dunia dan akhirat, Aamiin.


Penulis : Hotnida Sikumbang

2 komentar:

  1. Subhanallah, cerita yang sangat menginspirasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin

      Hapus

3W Wujud Nyata Rasa Syukur Kita Saat Pandemi

  Bukan hanya di dunia medis, kita semua juga sudah tak asing lagi dengan istilah 3W, yaitu wajib memakai masker, wajib mencuci tangan serta...