Kamis, 17 September 2020

Konsep Ilmu dalam Islam

 


Dewasa ini problematika pendidikan semakin kompleks. Hal ini dikarenakan out-put lembaga-lembaga pendidikan sekarang hanya berfokus pada aspek  kognitif  saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotor  sangat kurang mendapat perhatian dari pihak yang mengawasinya.  Seakan-akan pelajar  saat ini hanya tergerak untuk mendapat nilai yang tinggi. Dan yang lebih parahnya lagi untuk mendapatkan hasil yang demikian ini mereka rela mencontek, menjiplak. Bahkan guru pun ikut andil didalamnya. Problem ini disebabakan oleh moderenisasi dunia pendidikan yang mana dalam hal ini bentuk daripada kemajuan teknologi yang begitu cepat sehingga semua informasi dapat diakses begitu mudah.

           

Pengaruh moderenisasi pendidikan inilah yang kemudian muncul paradigma dikotomi ilmu atau dualisme. Yang kemudian output dari lembaga pendidikan yang ada sekarang cenderung mengedepankan aspek kognitif. Tentunya, pemahaham ini tidak sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang bertujuan menciptakan akhlaq mulia dan menjadikan manusia sebagai insan kamil. Oleh sebab itu banyak ulama muslim yang mencoba menguaraikan tentang definisi ilmu pengetahuan dalam mengahadapi tantangan moderenisasi.

            Diantara ulama muslim yang berbicara tentang hal ini ialah Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali al-Thusi atau Imam Al-Ghazali. Beliau lahir pada tahun 450 H/1058 M , di desa Ghazlah Thabran, wilayah Khurasan Iran. Al-Ghazali dikenal sebagai sosok intelektual muslim yang cerdas, brilian, tawadhu, bijaksana, sangat mencintai dan haus terhadap ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, al-Ghazali digelari sebagai Hujjatul Islam, karena kepiawaiannya dan keahliannya dalam berbagai disiplin ilmu (multi disipliner). Selanjutnya al-Ghazali belajar ilmu fiqh kepada Yusuf an-Nassaj yang juga seorang sufi. Setelah tamat, ia melakukan pelajarannya ke Kota Jurjan.

            Al-Ghazali membagi ilmu secara umum menjadi dua yaitu ilmu muamalah dan ilmu mukasyafah. Sedangkan,  ilmu muamalah ini dikelompokkan menjadi dua ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Ilmu fardhu ain yang dimaksud oleh Ghazali adalah ilmu yang yang harus dipelajari terlebih dahulu dalam kaitannya disini seperti ilmu tauhid, ilmu fiqh, ilmu ushul fiqh dan ilmu yang lainnya yang merupakan landasan dalam beragama. Selanjutnya, ilmu fardhu kifayah, ilmu ini kaitannya dengan sifat sosial yang apabila ada beberapa diantara suatu kaum maka yang lain tidak wajib mempelajarinya. Seperti ilmu untuk kemaslahatan dunia, seperti ilmu kedokteran dan ilmu matematika.

            Ghazali telah berusaha mengkalsifikasikan ilmu secara hirarki yang artinya bahwa sumber ilmu adalah Allah dan tidak ada pemisahan antara ilmu Agama dan ilmu alam. Ia juga menentukan nilainya sesuai dengan tingkat manfaat dan bahaya yang ditimbulkannya dalam hubungannya dengan tugas dan tujuan hidup manusia dalam mewujudkan tatanan kehidupan dunia untuk mencapai tujuan hidup manusia itu bahagia di dunia dan akhirat. Segala tujuan manusia itu terkumpul dalam agama dan dunia. Dan agama tidak terorganisasikan selain dengan terorganisasinya dunia.Pemikiran ini setidak-tidaknya akan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk menguasai ilmu pengetahuan.

            Dari prinsip-prinsip klasifikasi ilmu yang dilakukan oleh Ghazali dapat diturunkan konsep bagunan keilmuan (body of knowledge), yaitu aksiologi, ontologi, epistemelogi.

1. Epistemelogi, adalah cabang filsafat yang memepelajari bagaimana memperoleh ilmu pengetahuandan bagaimana ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan itu. Epistemelogi dibagi menjadi dua syariah dan ghoiru syariah

2.  Ontologis, yaitu cabang filsafat yang mempelajari yang nyata atau wujud. Ontologi dibagi menjadi dua fardhu ain dan fardhu kifayah

3. Aksiologis, yaitu cabang filsafat yang membicarakan tentang nilai-nilai terhadap sesuatu.  Aksiologi dibagi menjadi tiga terpuji (mahmudah), boleh (mubah) dan tercela (madmumah).

 Dewasa ini banyak kritikus menuduh bahwa salah satu penyebabnya kemerosotan ilmu Islam adalah pemikiran sufistik Al-Ghazali sekaligus gagasannya tentang dikotomisasi ilmu dunia dan ilmu akhirat. Sehingga masyarakat terbuai dengan ilmu-ilmu agama dan mengacuhkan kategori ilmu rasional. Padahal, sebenarnya pemikiran para cendikiawan muslim (termasuk Al-Ghazali) pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari kemajuan umat Islam yang ada di zamannya, bahkan merupakan motivasi dan etos kerja bagi umat Islam periode klasik.

Masih sekitar empat abad kemudian setelah al-Ghazali meninggal, ternyata peradaban dan kemajuan umat Islam masih mendominasi peradaban dunia. Kalaulah pengaruh Al-Ghazali menjadi penyebab kemunduran umat Islam, bagaimanapun kemunduran itu akan terlihat sesudah ia meninggal, dan sulit bertahan sampai abad ke-15. Kalau diilihat dari pendekatan sosiokulturalnya, umat Islam pada masa lalu dalam masa kejayaannya tidak memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Seluruh pengetahuan berasal dari Tuhan, oleh karena itu harus dipelajari oleh umat Islam.

Di antara ulama tidak ada yang membantah akan pentingnya ilmu kedua macam ilmu tersebut untuk selalu dipelajari. Baru setelah timbul kekhawatiran di kalangan umat Islam akan kecenderungan melupakan ilmu agama, para ulama seperti Al-Ghazali, seorang tasawuf mengkritik Ibnu Rusyd karena terlalu menggunakan rasio dari pada wahyu dalam proses menemukan yang hakiki. Yakni pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan pada prinsip-prinsip yang hakiki, yakni prinsip at-tauhid, prinsip kesatuan makna kebenaran, dan prinsip kesatuan sumber ilmu pengetahuan.

Pada dasarnya di dalam agama Isalam tidak pernah terjadi dikotomi ilmu, karena semua ilmu berasal dari satu sumber yaitu dari Allah yang kemudian diturunkan kepada para nabi selanjutkan disampaikan kepada umat manusia. Sehingga konsep ilmu dalam Islam sesungguhnya berbasis pada silsilah keilmuan atau bisa disebut dengan Sanad . jadi hal inilah yang membedakan konsep ilmu dalam Islam dengan konsep lainnya.


Penulis:  Zaky Akbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

3W Wujud Nyata Rasa Syukur Kita Saat Pandemi

  Bukan hanya di dunia medis, kita semua juga sudah tak asing lagi dengan istilah 3W, yaitu wajib memakai masker, wajib mencuci tangan serta...